TEORI SOSIOLOGI KLASIK
1.
Auguste
Comte
Yaitu seseorang yang pertama kali memunculkan istilah
sosiologi, yakni dengan tujuan untuk member nama pada satu kajian yang
dipusatkan pada kehidupan sosial atau masyakat. Sosiologi saat ini telah
menjadi ilmu yang diakui untuk memahami masyarakat dan telah berkembang pesat.
Oleh sebab itu, auguste Comte dijadikan sebagai Bapak Sosiologi. Auguste Comte
pada dasarnya bukanlah orang akademisi yang hidup di dalam kampus.
Perjalanannya di dalam menuntut ilmu terhambat dan putus di tengah jalan.
Berkat perkenalannya dengan Saint-Simon, sebagai sekretarisnya, pengetahuan
Comte semakin terbuka, bahkan mampu mengkritisi pemikiran dari Saint-Simon.
Pada dasarnya Auguste Comte adalah orang pintar, kritis, dan mampu hidup
sederhana namun kehidupan sosial perekonomiannya dianggap kurang berhasil.
Pemikiran yang terkenal adalah filsafat positivisme, serta memberikan gambaran
mengenai metode ilmiah yang menekankan pada pentingnya pengamatan, eksperimen,
perbandingan, dan analisis sejarah.
Auguste
Comte inilah yang membagi karakteristik pemikiran manusia menjadi 3, yaitu:
- Teologis, yaitu masyarakat yang mempercayai kekuatan spiritual atau kekuatan gaib.
- Metafisik, yaitu masyarakat yang telah mengalami peralihan, namun lebih kepada kepercayaan terhadap kekuatan alam.
- Positivistik, yaitu masyarakat yang telah berpikir secara rasional atau berdasarkan ilmu pengetahuan
2. Emile Durkheim
Emile Durkheim (1855-1917), putra seoran Rabbi Yahudi.
Emilke Durkheim merupakan tokoh sosiologi yang taat pada agama. Tokoh-tokoh
yang mempengaruhi pemikirannya seperti Montesquieu, Rosseau, Comte,
Tocquueville, Spencer, dan Marx. Pemikiran Durkheim berawal dari asumsi
mengenai sosiologi merupakan ilmu yang didalamnya terdapat berbagai fakta
sosial yang menjelaskan tentang konsep sosiologi serta berbagai karakteristik
dari fakta-fakta sosial. Durkheim sepaham dengan pemikiran Comte bahwa ilmu
pengetahuan itu haruslah dapat membuat manusia hidup nyaman. Upayanya untuk
memahami berbagai fenomena bunuh diri melahirkan salah satu karya besarnya
yaitu Suicide (Bunuh Diri). Kasus bunuh diri terjadi karena kolektifitas
yang lemah sehingga memicu untuk melakukan bunuh diri.
Emile
Durkheim membagi bunuh diri menjadi 3 macam, yaitu:
a)
Altruistik, kasus bunuh diri terjadi demi kepentingan kelompok seperti
seorang pahlawan perang.
b)
Egoistik, karena adanya kekurangan dalam organisasi sosial dan berupaya
untuk menjauhkan diri dari kelompok tersebut.
c)
Anomik, penyesuaian diri masyarakat terganggu (misal oleh perubahan
ekonomi, seperti kemakmuran secara tiba-tiba, depresi ekonomi dan bangkit serta
jatuhnya suatu kelas sosial).
3. Karl Marx
Karl Marx (1818-1883), buku yang paling terkenal adalah “Das
Capital” yang didalamnya berisi tentang pertenatangan kelas. Menurut Karl Max,
kelas adalah motor dari segala perubahan serta kemajuan. Karl Max membagi kelas
menjadi 3, yaitu:
a)
Kelas pemilik tanah (pemasukan dari upah, laba dan sewa tanah)
b)
Kelas pemilik modal (memiliki uang)
c)
Kelas pekerja (yang menyadarkan hidupnya dari tenaga kerja)
Menurut Karl Max manusia seperti binatang yang tidak pernah
terpuaskan, ketika kebutuhan pokok terpenuhi maka muncul lagi
kebutuhan-kebutuhan baru. Dari hal tersebut lah Karl Max beranggapan bahwa
agama adalah racun karena demi ekonomi dan kedudukan yang lebih tinggi
seseorang rela berpindah agama sehingga agama membuat seseorang tidak kreatif.
Hal itulah yang dilakukan oleh ayah Karl Max dan ibu Karl Max pun hanya
menerima apa adanya yang disebabkan tunduk pada agama.
Karl Max mengkritisi teori stratifikasi sosial, yang
mengatakan bahwa kelas-kelas merupakan komponen fungsional untuk masing-masing
memperoleh peranannya masing-masing sesuai dengan kondisi mereka. Tetapi
menurut Karl Max hal seperti itu bukan fungsional justru suatu ketidakadilan
sosial, dimana terjadi eksploitasi secara ekonomis dan politis dari kelas
borjuis dan kelas pemilik modal terhadap kelas pekerja.
4. Max Weber
Max weber lahir di Erfrut, Jerman 21 April 1864, ia berasal
dari keluarga kelas menengah. Max weber terlahir dari dua karakter orangtua yag
berbeda dan itu sangat mempengaruhi orientasi intelektual dan psikologis Weber.
Ayah Weber adalah seorang birokrat yang memiliki kedudukan yang relative
penting dan sang ayah adalah seorang yang menyukai kesenangan duniawi.
Sedangkan ibu Weber adalah seorang calvinis yang taat, wanita yang
berusaha menjalani hidup prihatin (ascetic), tanpa kesenangan yang
didambakan suaminya. Perhatiannya tertuju pada aspek kehidupan akhirat dan
ketegangan ini membawa dampak bagi psikologi Weber.
Teori Max Weber yang terkenal adalah Etika Protestan dan
Semangat Kapitalisme, yang disebutkan dalam karyanya The Potestant Etnic and
The Spirit of Capitalisme. Weber memusatkan perhatian pada protestantisme
sebagai sebuah system gagasan dan pengaruhnya terhadap system ekonomi
kapitalis. Weber menarik kesimpulan bahwa terdapat peran khusus orang-orang
protestan dalam menggunakan kapitalisme, yang mana salah satunya keyakinan
agama mereka. Keimanan protestan tersebut telah menghasilkan motivasi aktivitas
pro kapitalis yang mana berorientasi pada kehidupan duniawi. Weber juga
mendefinisikan semangat kapitalisme sebagai gagasan dan kebiasaan yang
mendukung pengajaran yang rasional terhadap keuntungan ekonomi.
Selain itu, Max Weber juga memiliki teori tindakan sosial,
yakni perilaku yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Terdapat 4
tindakan sosial:
- Rasionalitas sarana-tujuan atau tindakan yang ditentukan oleh harapan terhadap perilaku objek dalam lingkungan dan perilaku manusia lain.
- Rasionalitas nilai atau tindakan yang ditentukan oleh keyakinan penuh kesadaran akan nilai perilaku etis, estetis, religius atau bentuk perilaku lain yang terlepas dari keberhasilan.
- Tindakan afektual, ditentukan oleh kondisi emosi aktor.
- Tindakan tradisional, ditentukan oleh cara bertindak aktor yang biasa dan telah lazim dilakukan
5. Herbert Spencer
Teori yang digunakan oleh Herbert Spencer adalah teori
evolusi, yakni masyarakat yang lemah akan tersingkirkan dan masyarakat
yang kuat akan bertahan dan berkuasa. Atau dengan kata lain bahwa masyarakat
dapat mengalami perubahan secara lambat (evolusi), perubahan yang terjadi
secara linear yakni bergerak ke depan tetapi tidak selalu progress. Teori
Herbert Spencer dilatarbelakangi dari teori Darwin, hanya saja yang
membedakannya kalau Herbert Spencer teori yang digunakan tentang evolusi
sosial, sedangkan Darwin teori yang digunakan berupa evolusi alam. Selain itu
pemikiran Herbert Spencer ini juga dipengaruhi oleh Auguste Comte, yakni dalam
pemikiran Auguste Comte bahwa masyarakat adalah oganisme.
Masyarakat
mengalami evolusi sebagai berikut:
a)
Berjuang untuk hidup (struggle of life)
b)
Yang kuat yang bertahan (survival of the filets)
c)
Seleksi alam (natural selection)
6. Ferdinand Tonnies
Ferdinand Tonnies (1855-1936), dilahirkan di daerah
pertanian di Eiderstedt di dekat pesisir pantai Schleswig Holstein. Diantara
karya-karya Tonnies yang paling berpengaruh ialah Gemeinschaft und Gesselschaft
(1887), diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan judul Community and
Society. Ferdinand Tonnies mengkategorikan bahwa evolusi dapat memperburuk
keadaan. Hal ini ditinjau dari sudut pandang gemeinschaft yakni dapat
mendominasi masyarakat geselschaft yang pola interaksi sosialnya melemah
sehingga menyebabkan kemunduran pada geselschaft.
Hal yang mendasari Ferdinand Tonnies mencetuskan tipe-tipe
masyarakat yaitu berdasarkan pada Kurtwille (kehendak rasional)
dan Wesenwille (kehendak natural). Kurtwille (kehendak
rasional) yang disebut sebagai Gesselchaft, dimana masyarakat terbentuk
hanya untuk terpenuhinya suatu kepentingan dan tidak berlangsung lama.
Sedangkan Kurtwille (kehendak rasional) yang disebut sebagai Gemeinschaft,
dimana masyarakat terbentuk atas dasar persamaan latar belakang dan persamaan
lainnya, hubungan kemasyarakatannya berlangsung lama bahkan langgeng.
Masyarakat gemeinschaft dibagi menjadi beberapa kategori:
a)
Gemeinschaft of blood (ikatan darah)
b)
Gemeinschaft of place (tempat tinggal)
c)
Gemeinschaft of mind (pikiran atau ideologi)